|
|
Deskripsi |
: |
Pohon yang tumbuh tersebar dengan ketinggian hingga mencapai 15 m.
Kulit kayu halus, burik-burik, berwarna cokelat keabu-abuan. |
|
Daun |
: |
Agak tipis (jika dibanding Thespesia populnea), berkulit dan permukaan bawah
berambut halus dan berwarna agak putih. Unit & Letak: sederhana dan
bersilangan. Bentuk: seperti hati. Ujung: meruncing. Ukuran: 7,5-15 x 7,5-
14,5 cm. |
|
Bunga |
: |
Berbentuk lonceng. Saat mekar (sore hari) berwarna kuning muda dengan
warna jingga/gelap di bagian tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan
bunga jadi jingga dan rontok. Dasar dari gagang tandan bunga yang memanjang
ditutupi oleh pinak daun yang kemudian akan jatuh dan menyisakan tonjolan
berbentung cincin. Letak: di ketiak daun. Formasi: soliter atau berkelompok
(2-5). Daun mahkota: kuning, diameter 5-7 cm. Kelopak bunga: 5, bergerigi.
Tangkai putik: ada 5 (tidak menyatu), dengan kepala putik berwarna ungu
kecoklatan |
|
Buah |
: |
Membuka menjadi 5 bagian, dan memiliki biji khas yang berambut. Ukuran:
diameter buah sekitar 2 cm. |
|
Ekologi |
: |
Merupakan tumbuhan khas di sepanjang pantai tropis dan seringkali berasosiasi
dengan mangrove. Juga umum di sepanjang pinggiran sungai di kawasan dataran
rendah. Perbungaan sepanjang tahun. Biji mengapung dan dapat tumbuh
meskipun dimasuki air laut. Pada daun tua, kelenjar pengeluar gula seringkali
berwarna hitam karena diserang jamur. |
|
Penyebaran |
: |
Di seluruh Indonesia. Pan-tropis, setidaknya di penyemaian. Penyebaran geografis
serta sifat ekologi alami belum diketahui secara pasti. |
|
Kelimpahan |
: |
|
|
Manfaat |
: |
Ditanam sebagai pohon peneduh di taman. Akarnya digunakan sebagai obat
demam. Serat kayu digunakan sebagai tali. Daun kadang-kadang digunakan
sebagai makanan ternak. Kayu digunakan sebagai bahan pembuatan bagian dalam
perahu (Lombok). |
|
Catatan |
: |
Perbedaannya dengan Thespesia populnea dirinci pada halaman berikutnya. |